Halo para pembaca, selamat pagi. Bagaimana kabar kalian? semoga baik-baik saja..
Oiya, ini adalah tulisan kedua yang menjadi inspirasi saat mengisi jam "menunggu saudari" di salah satu Rumah Sakit Universitas di Malaysia. Rumah sakit yang sangat indah dengan perpustakaan yang tak kalah menarik.
Rutger Bregman yang merupakan author dari Utopia for Realists menuliskan buku Human Kind- A Hopefull History. Sangat menarik perhatian dengan sampul putih dan orange. Dalam bukunya, dia ingin mengubah sudut pandang manusia. Awalnya saya ragu, apakah buku ini akan mampu dicerna dalam pikiran saya yang kata teman saya "polos" wkwk. Setelah membuka beberapa lembar, saya menemukan makna dari mengubah sudut pandang.
Kita telah kenyang akan kenyataan bahwa kita hidup di era yang penuh dengan ketidaktetapan. Kita harus selalu waspada atas setiap perubahan tempat, perubahan hubungan dan pertemuan dengan orang asing. Padahal, dalam buku tersebut disebutkan bahwa hal itu adalah kebalikannya. Manusia mulai terbiasa dengan faham bahwa apa yang kita lihat selama ini bukanlah sesuatu yang dapat dipercaya.
Dalam buku tersebut bahwa dalam studi psikologis, orang-orang yang menganggap bahwa manusia selalu mengutamakan diri mereka sendiri atau dikenal dengan selfish akan selalu melihat apapun dengan tujuan memperoleh keuntungan untuk diri sendiri. Itulah mengapa kita mudah menaruh kecurigaan pada orang baru yang kita temui. Entah secara tidak sengaja, orang-orang yang telah menanamkan kepercayaan sinis saat melihat pejalan kaki membantu pejalan kaki tua akan beranggapan bahwa bantuan tersebut adalah untuk pamer. Lebih lanjut, Penulis menggunakan sinisme untuk merujuk pada paham yang selalu menganggap diri sendiri benar.
Kita menyadari bahwa kita selalu menaruh perhatian lebih pada hal buruk dibandingkan dengan hal baik. Mengapa kita sangat mudah terpengaruh dengan pemberitaan yang buruk? 2 Alasan yang menyebabkan kebiasaan ini; Psikolog menyebutnya dengan negative bias ketika perhatian kita lebih tertuju pada hal negatif dibanding hal positif yang memunculkan paham, ketakutan yang banyak tidak akan membunuhmu, namun ketakutan yang sedikit akan melakukannnya. Kedua adalah bias keberadaan. Kita selalu menggap bahwa informasi negatif yang kita peroleh adalah hal yang umum sehingga sangat mudah bagi kita mengingat segala informasi terkait hal yang buruk.
Jadi, kita sudah tau bahwa mengapa sangat mudah melakukan penafsiran negatif bukan? karena belum selesai membaca bukunya, nantikan kelanjutan kisahnya minggu depan ya! see u.
Comments
Post a Comment